Suatu pagi, selepas mengantar kue-kue, saya terisak. Sembari memacu mobil dengan kecepatan sedang, saya seka air mata yang terus menerus jatuh, tak mau berhenti. Kalimat pemilik kedai, bahwa kue saya kurang bagus membuat hati ini tersayat dalam. Sakit! Perih! Entah kata apa lagi yang harus saya ungkapkan, untuk menyatakan rasa pilu hati saya.
Sebenarnya, saya ingin membantah kalimat pemilih kedai tadi. Saya ingin mengungkapkan, bahwa pemilik kedai lainnya, menerima kue saya dengan sangat baik. Bahkan pesanan darinya tak hanya dalam hitungan puluh, melainkan ratusan. Seribu potong kue pun pernah saya dapatkan. Ingin sekali saya berteriak tadi. Tapi kemudian saya pikir kembali, untuk apa saya ungkapkan semua itu? Untuk pamer bahwa kue saya baik-baik saja? Lantas, apa manfaatnya? Apa iya bisa berguna untuk membuat si pemilik kedai berhenti menceramahi saya?
Rasa tak terima masih juga menyesaki dada saya. Inilah sebabnya air mata saya tak berhenti juga. Lalu kembali saya berpikir ulang. Sebagai seorang yang sedang belajar 'berusaha', saya harus kuat. Pun menghadapi kritikan pedas seperti tadi. Anggap saja ini kritik membangun, untuk membuat mental bisnis saya semakin kuat. Agar kue-kue buatan saya semakin enak. Hati saya sedikit sejuk. Namun sisi lain hati saya terus menyatakan tak terima dengan perlakuan si pemilih kedai tadi. Lantas, doa pun mengalir begitu saja.
'Wahai Rabb kami, Tuhan Yang Maha Mengetahui. Engkau pasti sudah melihat apa yang terjadi di pagi buta, pada hamba-Mu yang sedang belajar berusaha ini. Sakit, duh Gusti. Hamba tak pernah menerima perlakuan seperti ini sebelumnya. Selama ini, Engkau telah berikan kemudahan kepada hamba untuk belajar, hingga pekerjaan seberat dan sesulit apa pun di kantor, hamba bisa lakukan. Dan sekeliling hamba pun menyenangi hasilnya. Tapi kini, rasanya sulit untuk hamba menerima bahwa ada yang tidak suka dengan kue buatan hamba. Untuk itu Ya Rabb, bantulah hamba untuk belajar lagi. Biar hamba bisa terus lebih baik, dan sekeliling hamba menyukai hasil pekerjaan hamba, aamiiin."
Hati saya bertambah lega. Dan kini, semua kritikan maupun celaan, akan saya jadikan sebagai masukan untuk menjadi lebih baik. Meski begitu sulit untuk mendengar dan mencernanya dalam hati dan pikir saya.
No comments:
Post a Comment