Melihat perkembangannya yang sedikit egois dan 'susah berbagi' kami rada khawatir. Kami menebak, semua ini karena ia adalah anak yang paling didahulukan kepentingannya di banding si abang sayang. Karena ia paling kecil, semua yang ia mau, selalu kami usahakan. terlebih, karena si mama bukan seorang yang suka bersosialisasi ke tetangga2... lebih nyaman nguplek di dapur untuk bikin kue dan duduk manis depan kompie entah untuk menulis, buka email atau sekedar tengok fesbuk... sementara si ayah, lagi seru2nya nulis thesis. Terlebih Zak agak susah bergaul dengan kawan baru (dibanding abangnya) dan suka minta pulang jika diajak bersilaturahim. Berbeda dengan abang Iq, yang sejak 2 bulan 14 hari sudah diajak ngantor. bertemu orang berbeda setiap hari. berdesakan di angkot tiap pagi dan sore atau kadang 'terpaksa' naik taksi jika hujan besar melanda. Abang Iq lebih mudah berteman... dan lebih enjoy ketika harus ikut mama ke rumah kawan.
Bak gayung bersambut, kekhawatiran kami dijawab oleh permintaan Zaki untuk bersekolah. segala konsekuensi mama utarakan. mulai dari harus disilin jika bersekolah, ga boleh bolos... ga boleh nangis... kl mau pipis cakap cik gu, dsb... dsb. sayangnya, satu hal penting, bahwa bersekolah itu tidak ditemani mama, lupa disebutkan.
maka... bisa ditebak!
hari pertama, ketika mama masih boleh menemani, dia senang2 saja. datang dengan senyum... ceria di sekolahnya... eksplore seluruh ruang kelas dan bilang, bahwa' sekolahnya best!
tapi,
begitu hari kedua... mama harus pulang dan dia harus tinggal sendiri, ia pun berteriak minta pulang. mau mamaaa... mau mama...!
duh Gusti, sediiiiiih rasanya hati si mama. sepanjang perjalanan pulang, nyetir, sembari nangis dan berdoa. Bermohon pada Sang maha Perkasa agar menyuktikkan keberanian di hati kecil sang pangeran.
tak sampai dua jam seperti yang dijadwalkan, satu jam saja rasanya sangat lama. maka, sebeum waktunya pulang, mama dan abang pun datang menjemput. Zaki... begitu tahu si mama datang, langsung berlari, memeluk mama. tangisnya pecah!
hari ketiga.
pengalaman mengantar masih sama. menangis di awal... kata cik gu, menangisnya cuma sebentar. lepas tu... duduk baik2 dan mau diajar mengaji. pulangnya, tak seberapa heboh seperti hari pertama. cuma mewek dikit, lalu tersenyum.
hari keempat.
dari malam sebelum sekolah sudah bertekat untuk tidak masuk. malah tanya, kenapa ia disekolahkan oleh mama dan ayah. lah? adik yang minta kan Nak? hiks./..s edih deh mama. pagi... siang... terus bilang ga mau sekolah. sampe tertidur segala saking takutnya berpisah dengan mama. duh! miris hati mama. sayangnya, mama tidak bisa memeunhi keinginannya. karena ternyata mama harus menggantikan jadwal kawan untuk mengantar anak2 pergi ngaji. nah loh! adik dibangunkan. diajak ke sekolah meski menolak dan nangis. lalu mama bilang dari hati padanya, "sayang, adik berani! Allah akan berikan keberanian di hati adik!" Zaki diam sesaat lalu lantas nangis lagi. sampai di sekolah, mama turun dari mobil, Zaki sibuk mengunci pintu. keukeuh diam di mopbil, tak nak turun. cik gu Siti datang, mengajaknya masuk. dan tangisny apun pecah.
pulangnya, si ayah yang menjemput.
hari kelima.
Subhannallah!
dia berani! sudah tidak nangis lagi. dan dia dah ceria.... ALhamdulillah, Rabb. bantulah anakku berkawan dengan baik... berikan akhlak yang mulia pada mereka dan jauhkan dari bahaya dan sakit, aamiiin.
go Zaki goooo! kmu bisa Nak! kamu mewarisi keberanian ayahmu dan kakek2mu, dan kamu juga membawa kesupelan mamamu. *cieehhhh, hihihihi --ngaku2--*
terus berjuang! semoga dapatkan pengalaman, kawan yagn banyak, dan ilmu ya sayang...
semangat!!!!!!!!!
No comments:
Post a Comment