Sunday, May 16, 2010

Menghalau Sakit

Siang itu, aku niatkan untuk menyelesaikan baju-baju yang seminggu belum diseterika. Sembari menonton tivi untuk menghilangkan penat, tanganku sibuk menyeterika baju demi baju. Tiba-tiba dering telepon mengagetkanku. Kumatikan seterika dan kuangkat telepon. Suara seorang kawan. Sepertinya beliau sedikit emosi. Hmmm... kucari muara masalah yang diutarakannya. Kucerna dengan baik sebelum akhirnya memastikan asal kabar yang ia terima. Yup! Yakin sudah siapa yang 'memprovokasi' sahabatku. Maka, kuurai akar permasalahan dan Alhamdulillah... meski sempat down karena dituduh melakukan sesuatu yang tidak aku kerjakan hingga akhirnya aku menangis, tapi masalah ini berakhir baik. Semua clear. Dan kami tahu, apa yang salah di balik masalah ini.

Satu pelajaran yang aku petik. Bahwa ilmu memang diperlukan dalam setiap segi kehidupan kita. Ketika kita tidak berilmu, lalu mempengaruhi orang lain yang juga tidak memiliki ilmu yang sama, lantas menuduh orang lain melakukan sesuatu yang kita curigakan... Astaghfirullah, hasilnya adalah fitnah. Dan fitnah kejam itu pula yang sempat mampir dalam episodeku setelah sekian lama hidup tenang tanpa tendensi kepentingan apa pun.

Shock pasti. Karena fitnah itu datang dari orang yang sebelumnya aku kenal baik dan insyaAllah mengenalku dengan baik. Dia menusukku dari belakang. Mempengaruhi sahabat baikku hingga berhasil memprovokasinya. Yang lebih parah, ketika semua sudah clear, sang penebar berita palsu mencoba mengklarifikasi, dengan perkataan berbeda... dengan banyak bumbu, hingga akhirnya, nampak seperti sahabatkulah yang bersalah. Astaghfirullah...
Maka, ketika kami konfrontir, semakin nampak, di mana letak kesalahan dari permasalahan ini. Dan Alhamdulillah, saat itu, kami bertiga merasa semua sudah usai. Masalah sudah beres. Semua saling memaafkan.

Tapi, beberapa hari kemudian, sang pembawa berita kembali mengusik hariku. Merasa disudutkan ketika kami konfrontir dan tidak terima dengan perkataanku, ia mengatakan, hampir-hampir tidak mau melihat wajahku. Saking marahnya ia. Astghfirullah... Lalu, yang kemarin saling memaafkan itu apa ya Bu? Yang merasa masalah sudah selesai siapa ya? Coba deh, dirunut kembali permasalahan ini, siapa coba yang memulai? Siapa yang seharusnya marah? Siapa yang menyulut api dalam masalah ini? Bahkan mempengaruhi orang lain dengan begitu semangatnya? MasyaAllah...

Maka yang terjadi padaku kini, awalnya adalah amarah. Aku marah. Aku bingung. Aku kesal. Dan aku sangat tahu semua rasa ini aku tujukan kepada siapa.

Ketika kuceritakan masalah ini kepada suami, satu nasehatnya, "Sabar Ma. Kan semua sudah tahu kualitasnya seperti apa. Mama tetaplah baik kepada beliau. Jangan pernah putuskan silaturahmi. Doakan orang itu agar cepat sadar dengan kesalahannya."
Saat itu, jawabanku adalah, "Aku bukan orang yang bisa berbasa basi Yah, dan aku tidak bisa mendoakan orang yang sudah mendzalimi aku sedemikian rupa." Suamiku hanya tersenyum.

Tapi sore ini, Rabb...
Aku ingin, semua rasa amarah, kesal, sebel, benciiiiii itu hilang dari hatiku. Bantulah aku menghapusnya Tuhan Yang Maha Suci. Engkau Maha Tahu siapa benar dan siapa salah. Dan aku berharap agar aku tidak mengikuti jejak orang yang sudah mendzalimiku. Bersihkanlah hatiku dari sifat-sifat buruk. Lapangkan jiwaku untuk menerima setiap kesalahan orang dan mudahkan aku untuk memaafkannya. Jadikan jiwaku sebagai jiwa yang ikhlas. Aku bermohon dengan kesungguhan, Ya Allah. Aku tidak mau, hatiku terus menerus tergerus oleh rasa yang dihembuskan syaitan. Jika pun orang itu tidak mau berjumpa denganku, maka, hindarkan aku darinya dan hindarkan ia dariku. Agar tidak semakin bertambah dosanya dan dosaku. Ampunilah aku Gusti Allah... jadikan aku semakin arif setelah menerima episode ini... aamiiin.

2 comments:

Aryna Satria said...

satu tarikan nafas yang etramat panjang... semoga Allah mengabulkan harapku, aamiiin...

Aryna Satria said...

Awalnya aku ingin bercerita kepada satu orang lagi tentang permasalahan ini. Orang yang bisa adil melihat semuanya. Tapi saat ini aku memutuskan untuk menundanya. Aku tidak mau membebani orang lain, dengan permasalahan ini, karena aku tahu... setiap orang punya masalah berat yang mungkin hampir sama. Hanya padaMu Tuhan, aku mengadu... tunjukkanlah siapa yang salah dan siapa yang benar, dan masukkan aku ke dalam hambaMu yang sabar dan ikhlas, aamiiin...