Wednesday, June 16, 2010

Catatan Penjual Kue: II

Selepas perjumpaan membahagiakan itu, bisa diduga, moment-moment berikutnya pun penuh dengan senyuman. Makan siang bersama, dan perjalanan menuju Pudu Raya yang hiruk pikuk, masih dipenuhi dengan senyum. Dalam hatiku hanya ada satu kata syukur kepada Rabb Yang Maha Kuasa, atas perjumpaan indah ini, Alhamdulillah.

***
Setiap aku memasuki sebuah wilayah baru, setiap itu pula bermunculan perasaan yang tidak bisa dituliskan. Sensasinya hanya bisa aku rasakan. Sesuatu yang menakjubkan. Dan sensasi inilah yang membuatku merasa ketagihan dengan petualangan baru, menjelajah bumi Allah, hijrah dari satu tempat ke tempat berikutnya... Subhannallah! Hanya Allah dan aku yang tahu bagaimana rasa itu...

Sepanjang perjalanan menuju Johor, bibirku tak lepas dari senyum. Kekasih hati kini sudah disisi diri, dan kapan pun ia dapat kusentuh. Kulingkarkan lenganku di lengannya... kupandangi wajahnya. Pandangan kami beradu, dan kami saling tersenyum. Rabbana, terimakasih... Alhamdulillah...

Selepas Isya kami baru sampai di Sri Putri. Bernego dengan sopir taxi, kami pun diantar menuju sebuah rumah makan. Mas bilang, kedai ini milik seorang kawan *belakangan aku tahu, itu adalah kedai Pak Sugeng, he he... * dan pekerjanya pun banyak dari Tanah Air. Aku makan bakso, sedang anak-anak hanya minum. Panas! Johor lebih panas dari 3 tahun sebelumnya ketika aku berkunjung ke sini, semasa mas masih mengambil master. Pak Sopir makan, mas makan dan aku pun makan.

Setelah semua kenyang, barulah kami pulang. Menuju UTM pada malam hari, kembali kubuka lembaran2 memori yang sempat tertulis di otak dan hatiku. Kampus ini masih sama. Makin indah malah. tetap bersih seperti sebelumnya. Berputar-putar di jalanan UTM, lantas kami pun sampai di parkir U8. Waahhhhh! Apartemen tempat kami tinggal, insyaAllah. Kudongakkan kepala dan kulihat ujung bangunan dengan mataku yang mulai mengantuk. Kami pun menuju lift dan setelah menekan angka 6, sampai juga di lantai 7, he he... sedikit membingungkan memang, karena lantai 1 dianggap ground...

Kami memasuki ruang 704 di wing B. Subhannallah! luasnya hampir sama dengan rumah kontrakan kami di Cinunuk Indah. Kujelajahi setiap ruangan dengan mengucap salam. Dapur: masih kosong. Hanya ada wastafel dan laci-laci yang juga masih kosong. Gudang, kotor... lantainya pun kotor. Aku masuk ke kamar utama: tempat tidur ukuran Queen, lemari pakaian yang cukup besar serta meja rias lengkap dengan cermin dan kursi empuknya. kamar anak-anak, diisi dengan tempat tidur single, lemari pakaian yang lebih kecil dan jendelanya dilengkap dengan tralis. Mungkin demi keamanan anak-anak. Tapi anak-anak kan masih bobo denganku, jadi... harus dicari pengaman biar mereka jauh dari jendela lebar nan tinggi yang begitu mudah dibuka, dan tentu mengerikan karena langsung terhubung dengan dunia luar dan tanah nun jauh di bawah sana, hiiii...
Aku kembali ke ruang depan. Sebuah ruang tamu lengkap dengan kursi-kursinya... horden dan pintu kaca yang bila dibuka menghubungkan ruangan dengan balcony, tempat kami boleh memandang ke luar... pemandangan lapangan futsal dan barisan pohon sawit di bukit seberangnya. ups! Ada juga meja makan, lengkap dengan 6 kursi kayu.

Aku pun mulai berbenah. Mengeluarkan barang0barang bawaan dan merapikannya: baju dimasukkan ke dalam lemari, panci-panci dijejer di dapur, beras dimasukkan ke dalam wadah... dan begitu seterusnya. Setelah selesai, baru aku membersihkan diri, di kamar mandi. Yaa... ternyata kamar mandi ini cukup modern. Tak ada bak mandi, kecuali yang berwarna merah dan kata Mas baru dibelinya. Di dalamnya ada gayung yang juga merah., *uhmmm... mas suka warna merah ya?* Ada kran air, wastafel dan shower... aku pun mandi... segaaaarrr, setelah perjalanan panjang yang menyisakan keringat dan lengket di badan.

No comments: