Bus Pahala Kencana: Malang-Bandung
Siang yang sibuk di terminal Arjosari. Sepekan setelah lebaran adalah waktu yang banyak dipilih orang untuk kembali ke aktivitasnya. Kembali ke tanah rantau, mencari nafkah, menggali pengalaman. Hari itu juga dipilih oleh seorang gadis berkerudung. Diantar oleh Bapak, Ibu, adik-adik serta beberapa saudara, sang gadis duduk di bangku tengah bus. Sisi jendela adalah tempat favoritnya, karena posisi itu memungkinkan ia untuk dapat melambaikan tangan ke arah orang-orang tercinta. Wanita 24 tahun itu sibuk menata hati. Begitulah, setiap kali ia harus berangkat ke propinsi lain, ia akan selalu menangis. Sebelum merantau, ia adalah anak mama. Yang sama sekali tidak pernah bepergian sendiri tanpa kawalan sang Bapak tersayang. Maka tak heran jika perpisahan dengan anggota keluarga adalah saat-saat yang amat berat buatnya. MEski sudah beberapa kali ia pulang pergi Malang-Bandung, tempat ia merantau, tapi tetap, air matanya akan luruh begitu bus beranjak dari parkirnya. Pun saat itu. Lima menit menjelang bus meninggalkan Malaang, Bapak naik ke atas bus. Memberikan doa dan nasehat terbaiknya untuk sang putri, lantas sang gadis pun mencium tangan Bapaknya dengan ta'zim. Lima menit berikutnya, lambaian tangan dan derasnya air mata menghiasi perpisahan sementara itu. Doa-doa untuk orang-orang tersayang ia lantunkan dalam hati. Ia bermohon pada Tuhannya agar dapat kembali berjumpa dengan mereka. Dan kenangan manis pun tersaji dengan indahnya di pelupuk mata.
Tiba-tiba sebuah sapaan membuyarkan lamunannya.
"De, turun mana?"
Setelah menyeka air mata, perempuan itu pun menoleh ke arah suara yang dimaksud.
"Jatinangor," jawabnya singkat.
"Ehm... masih kuliah ya? Di mana?" pemuda itu kembali bertanya.
"Dah kerja." Ups, bukan judes, tapi ia ia memang sedang tak ingin diganggu.
"Kerja di mana?"
Uuuhhh! Sebel, nanya mulu, bisik gadis dalam hatinya. Setengah berbisik gadis menyebutkan NGO tempat ia bekerja.
Pemuda itu terus saja bertanya... dan gadis pun ketus menjawab. Sampai akhirnya, hati gadis tak tega dengan kebaikan sang pemuda lalu ia pun berbasa-basi, "Mas kerja di mana?"
Lelaki itu menjawab tempat bekerjanya. Sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang satu-satunya di Tanah Air. Mata sang gadis berbinar. Ia ingin sekali mendapat cerita tentang proses pembuatan pesawat terbang dan seluk beluk pekerjaan sang pemuda. Maka serasa mendapat angin, sang pemuda pun semangat bercerita. Terus... terus... dan terus... sampai akhirnya sang gadis tertidur karena lelah. Bagai dininabobokan... *to be continued*
No comments:
Post a Comment