Friday, June 11, 2010

Zaki: Terima kasih atas Perubahanmu Nak

Zaki, yang sejak 7 bulan praktis tinggal bersama mama *just mama & Abang* tumbuh membesar tanpa banyak merasakan sentuhan ayah. Perpisahan sementara yang memang harus kami jalani, membuat keluarga kami kesulitan untuk hidup bersama. Zaki, bersama mama yang sudah resign dari kantornya, lebih sering tinggal di rumah. Berbeda dengan si abang yang sejak 2 bulan sudah berkelana tiap hari keluar rumah, ngikut mama kerja di kantor, Zaki selalu ada di rumah. Begitu seterusnya, sampai ketika kami bertiga ditakdirkan Allah untuk menyusul ayah di Johor ini, Zaki senantiasa bersama mama. Ayah yang meski dekat di mata, nyatanya juga masih belum bisa sepenuhnya dekat di hati karena kesibukan beliau. Setiap detik dilalui Zaki bersama mama. Abang pun mulai sibuk sekolah.

Maka, ke mana mama pergi, ke situ pula Zaki turut.

Kehidupan mama di sini jauh berbeda dengan mama di Bandung. Jika di Bandung mama adalah seorang wanita bekerja, seorang asisten direktur yang harus supel berhubungan dengan siapa saja, perempuan bahkan lelaki, di Johor komunitas mama adalah ibu-ibu dan mbak2 student. Alhamdulillah... semuanya memang patut disyukuri karena insyaAllah hijrah ini menuju kebaikan. Tapi ternyata, ini membawa perkembangan berbeda antara Iq dan Zaki.
Iq yang juga tak jarang diajak mama ke kantor jika sang pengasuh berhalangan datang, tumbuh menjadi anak yang supel. Ia ceria. Sering bercerita. Tak takut dengan siapa pun termasuk orang yang baru dikenalnya. Dunia baru adalah sebuah hal yang menakjubkan baginya. Namun Zaki, dengan latar belakang kehidupan baru mama, ia tumbuh menjadi anak yang sedih kurang percaya diri. Ia selalu berlindung pada mama. Tak suka dengan lingkungan baru. Ia, selalu ingin pulang jika mama berada di rumah tetangga atau kenalan. Zaki lebih nyaman di rumah saja. Bermain sendiri atau hanya berkawan abang. Ia pun agak egois. Ia tidak suka berbagi mainan atau makanan dengan kawannya, seperti yang dulu abangnya lakukan. Ia menarik diri dari permainan kawan2 sebayanya. Dan yang lebih mengkhawatirkan, ia takut dengan laki-laki!!!

Mama sedih dengan perkembangannya. Mama sangat prihatin dengan kebiasaannya memukul kawan yang meminjam mainannya atau meminta makanannya. Dan mama tidak mau ia terus-terusan menjadi penakut. Maka mama pun beberapa kali meminta ayah untuk mengajaknya bergaul dengan para bapak, kawan si ayah.

Begitulah. Pada beberapa kesempatan, ayah ajak putra keduanya itu ke komunitas bapak-bapak. Apa yang terjadi? Zaki murung di tempat itu. Ia takut. Ia cemas. Ia sama sekali tidak nyaman dan selalu merengek minta pulang. Kalau ayahnya bilang urusan belum selesai, maka ia akan diam begitu rupa dengan ketakutan yang sangat. Ya Allah... Bantulah kami untuk membantu Zaki menjadi anak yang ceria... yang supel, yang bisa berbagi, yang tidak suka memukul kawannya.

Beberapa bulan kemudian.
Zaki lebih suka memukul abangnya. Tak jarang abang menangis saking sakitnya. Abang pun seringkali dilempar. Ya Allah, jagalah tangan Zaki dari memukul dan melukai abang dan kawan2nya, pinta mama dalam setiap doa. Zaki yang kurus tinggi ternyata garang. Mama makin sedih.

Sampai akhirnya, Zaki masuk usia 4th. Di Johor, anak seusianya ia boleh masuk TPA. Lalu mama dan ayah sepakat untuk memasukkan Zaki ke TPA. Hari pertama, kedua, ketiga, ia menanagis... *baca Hari Pertama Zaki ke Sekolah*, Alhamdulillah... sesudah itu, ia tak lagi menangis. Meski begitu, mama belum bisa berbangga hati karena Zaki seperti ketakutan di sekolah. Ia merasa tidak nyaman. Ia tak berani bermain seperti kawan-kawannya karena takut Cikgu marah dan takut dirotan. Ia selalu berwajah tegang ketika mama menjemputnya.

Subhannallah...
Alhamdulillah...
Allahu Akbar!

Kini Zaki berubah hampir 180 derajat.
Ia tak lagi pelit dengan kawan, ia bisa berbagi mainan dan tak lagi suka memukul.
Ia bisa bermain bersama abang + kawan-kawannya yang begitu banyak tanpa kesulitan beradaptasi.
Ia juga nyaman ketika mama ajak ke tempat kenalan yang kebetulan ketempatan ta'lim ibu2.
Zaki sekarang adalah sosok yang ceria, meski kadang sifat garangnya masih keluar juga *mama harus terus ngingetin*
Zaki juga tak lagi penakut, malah ia lebih berani dari si abang.
Ia sudah berani ditinggal mama untuk antar kue dengan catatan ia melakukan aktivitas yang lebih menarik hatinya.
Zaki pun tak lagi takut bapak-bapak. kemarin ada pengajian bapak2 di rumah, ia berani menunjukkan kepandaiannya menggambar *two tumbs up!* dan mempromosikan es buatan mama: enak, katanya kepada Ust. Wahid, he he he...

Dan yang lebih mengharukan, Zaki sekarang dah pinter baca Iqro. Tiap hari ia selalau belajar... sekarang dah sampe da... Alhamdulillah Rabb, Engkau balikkan sifat anakku menjadi sedemikian bagus sekarang.

Semoga kelak, Zaki dan Abang Iq bisa menjadi orang yang shaleh, yang sehat, cerdas, sukses dunia akhirat, aamiiin...

No comments: