Tuesday, April 13, 2010

Cinta dan Perut Rata

Malam telah larut. Sebuah usapan di kening mengusik tidur nyenyakku. Rupa-rupanya, dia. Kantuk yang meraja membuat aku malas membuka mata. Kubalikkan badan ke arah sebaliknya, dan kembali kupejamkan mata. Suaranya pelan berbisik, "Pindah, Sayang..."
Hmmm... masih dengan malas, aku bangun. Membawa bantal dan berjalan sempoyongan, kuayunkan langkah menuju kamar sebelah.

Kupandangi sekejab anak-anak yang sudah pulas dalam tidurnya. Malam ini, mereka agak susah tidur. Masing-masing sibuk cerita dan bertanya ini itu, sampai akhirnya lelap satu-satu.

Suamiku. Rupanya ia baru pulang dari makmal (baca: laboratorium). Harum mulutnya menandakan ia baru saja membersihkan diri, sebelum akhirnya membangunkanku dan mengajakku untuk pindah ke kamar kami. Tak mau membuang masa, aku jatuhkan diri ke tempat tidur. Brukkk! Masih mengantuk... Dia mengambil tempat disampingku. Ceritanya pun mulai mengalir. Tentang berita terkini di Indonesiaku tercinta... tentang makmalya, tentang thesisnya... papernya...! Aku yang masih saja susah membuang berat mata, tak berminat untuk menimpali kisah-kisah, apalagi menjawab pertanyaannya. Sebenarnya ini bukan sifat dasarku yang sangat suka bercerita. Mas terus bertutur. Menanyakan tingkah si abang dan adiknya seharian, aku jawab, "esok mama cerita...". Judes!
Uuhhh, padahal, saat2 seperti ini sudah jarang kami temui sejak Mas mulai menulis thesisnya. Jika dulu setiap hari kami mengobrol sebelum tidur, semester ini tak lagi. Seminggu tiga kali sudah sangat bagus. Sayangnya, mataku tak bisa berkompromi. Tetap saja ingin terpejam. Duh!

Sampai kemudian, bisikannya membuat beban mataku menguap tiba-tiba.

"Sayang, ayah pulang lebih awal malam ini. Sengaja. Ayah kangen istri ayah. Ma, denger baik-baik ya... ayah tetap akan sayang mama. Tidak peduli dengan berat badan mama. Tidak terpengaruh oleh lemak-lemak yang tertimbun di perut mama. Jadi mama ga usah khawatir. Ga usah cari artikel untuk mengecilkan perut segala, Sayang..."

Deg! lah! Kok si Mas bisa tahu? duuuuh... kemarin browsing artikel mengecilkan perut ga ditutup dulu langsung ditinggal tidur deh kayaknya. Malu, akhirnya aku pura2 masih tertidur. Si Mas menggenggam jemariku. Mataku masih kupejamkan, meski sekarang sama sekali tidak mengantuk.

"Dengar, Sayang... mulai sekarang, ngga usah lagi cari artikel kayak gitu ya... Jangan khawatir dengan cinta ayah, Ma..."

"Hmmm... iya gitu? Habis, ayah suka bilang aku endut..." aku merajuk.

"Ya Allah, Ma... itu kan bercanda. Habis ayah suka lihat mama cemberut... merajuk. lucu sih... iya deh, lain kali ayah ga akan ngomongin lagi soal itu, ok?"

"He-eh!" kujawab singkat.

Ohhh... padahal, perempuan mana yang tidak ingin perutnya rata? Aku pun ingin. Meski dia, suamiku tersayang tidak mempermasalahkannya... aku akan terus berusaha untuk membuat perutku kembali rata. Bukan semata2 untuk penampilan, tapi demi kesehatan. Dan ini, juga demi kamu, suamiku sayang...

*semoga Allah selalu menjaga cinta kita, hingga tepian hakiki, aamiiin... ^__^

Friday, April 9, 2010

Maret Ceria

Maret! Bulan penuh memory bagi ar dan mas. Setiap tanggal 9 di bulan ini, kami memperingati hari di mana malaikat bersaksi akan diucapkannya janji setia si mas padaku *duuuh, susah mo bilang akad nikah, hihi* Alhamdulillah. di tahun ini, usianya sudah 9 th. wah-wah... dari 9th, berapa yang efektif bisa kami gunakan bersama yaaa... he he.
Alhamdulillah, sekarang, waktu kebersamaan itu jauuuuuuh lebih buanyakkkk dibandingkan dengan tiga tahun lalu dan sebelumnya. kami sama2 di Bandung tapi aku sering ke luar kota bahkan luar propinsi... luar pulau puklak! lalu, mas di malay dan aku di Bandung. Terakhir, aku di Bandung, dan mas di Malang. Duhhh... rasanya, saat itu, perjumpaan adalah hal yang paling kami nantikan.

maka sejak keputusan resignku, 3th lalu, praktis... kami pun bersama. pagi jumpa.. siang ketemu... sore bareng, dan pasti, malam... tidur bersama. ha ha... dulu memang tidur bareng, tapi waktunya doang, tempatnya terpisah jara6k dan waktu, hehe.

Daaaaaaan...
Maret 2010. tahun ini, Zaki, menambah berartinya bulan ketiga ini buat kami. Dia bisa bilang R! Subhannallah! meski awalnya belum begitu jelas, berkat latihan... di bulan April... r-nya semakin kentara. Alhamdulillah, Allahu Akbar!
sekedar berbagi, Zaki baru bisa bilng L, pada 22 nov 2009. hihihi....

Sekolah Pertama Zak

Melihat perkembangannya yang sedikit egois dan 'susah berbagi' kami rada khawatir. Kami menebak, semua ini karena ia adalah anak yang paling didahulukan kepentingannya di banding si abang sayang. Karena ia paling kecil, semua yang ia mau, selalu kami usahakan. terlebih, karena si mama bukan seorang yang suka bersosialisasi ke tetangga2... lebih nyaman nguplek di dapur untuk bikin kue dan duduk manis depan kompie entah untuk menulis, buka email atau sekedar tengok fesbuk... sementara si ayah, lagi seru2nya nulis thesis. Terlebih Zak agak susah bergaul dengan kawan baru (dibanding abangnya) dan suka minta pulang jika diajak bersilaturahim. Berbeda dengan abang Iq, yang sejak 2 bulan 14 hari sudah diajak ngantor. bertemu orang berbeda setiap hari. berdesakan di angkot tiap pagi dan sore atau kadang 'terpaksa' naik taksi jika hujan besar melanda. Abang Iq lebih mudah berteman... dan lebih enjoy ketika harus ikut mama ke rumah kawan.

Bak gayung bersambut, kekhawatiran kami dijawab oleh permintaan Zaki untuk bersekolah. segala konsekuensi mama utarakan. mulai dari harus disilin jika bersekolah, ga boleh bolos... ga boleh nangis... kl mau pipis cakap cik gu, dsb... dsb. sayangnya, satu hal penting, bahwa bersekolah itu tidak ditemani mama, lupa disebutkan.
maka... bisa ditebak!
hari pertama, ketika mama masih boleh menemani, dia senang2 saja. datang dengan senyum... ceria di sekolahnya... eksplore seluruh ruang kelas dan bilang, bahwa' sekolahnya best!
tapi,
begitu hari kedua... mama harus pulang dan dia harus tinggal sendiri, ia pun berteriak minta pulang. mau mamaaa... mau mama...!
duh Gusti, sediiiiiih rasanya hati si mama. sepanjang perjalanan pulang, nyetir, sembari nangis dan berdoa. Bermohon pada Sang maha Perkasa agar menyuktikkan keberanian di hati kecil sang pangeran.
tak sampai dua jam seperti yang dijadwalkan, satu jam saja rasanya sangat lama. maka, sebeum waktunya pulang, mama dan abang pun datang menjemput. Zaki... begitu tahu si mama datang, langsung berlari, memeluk mama. tangisnya pecah!

hari ketiga.
pengalaman mengantar masih sama. menangis di awal... kata cik gu, menangisnya cuma sebentar. lepas tu... duduk baik2 dan mau diajar mengaji. pulangnya, tak seberapa heboh seperti hari pertama. cuma mewek dikit, lalu tersenyum.

hari keempat.
dari malam sebelum sekolah sudah bertekat untuk tidak masuk. malah tanya, kenapa ia disekolahkan oleh mama dan ayah. lah? adik yang minta kan Nak? hiks./..s edih deh mama. pagi... siang... terus bilang ga mau sekolah. sampe tertidur segala saking takutnya berpisah dengan mama. duh! miris hati mama. sayangnya, mama tidak bisa memeunhi keinginannya. karena ternyata mama harus menggantikan jadwal kawan untuk mengantar anak2 pergi ngaji. nah loh! adik dibangunkan. diajak ke sekolah meski menolak dan nangis. lalu mama bilang dari hati padanya, "sayang, adik berani! Allah akan berikan keberanian di hati adik!" Zaki diam sesaat lalu lantas nangis lagi. sampai di sekolah, mama turun dari mobil, Zaki sibuk mengunci pintu. keukeuh diam di mopbil, tak nak turun. cik gu Siti datang, mengajaknya masuk. dan tangisny apun pecah.
pulangnya, si ayah yang menjemput.
hari kelima.
Subhannallah!
dia berani! sudah tidak nangis lagi. dan dia dah ceria.... ALhamdulillah, Rabb. bantulah anakku berkawan dengan baik... berikan akhlak yang mulia pada mereka dan jauhkan dari bahaya dan sakit, aamiiin.

go Zaki goooo! kmu bisa Nak! kamu mewarisi keberanian ayahmu dan kakek2mu, dan kamu juga membawa kesupelan mamamu. *cieehhhh, hihihihi --ngaku2--*
terus berjuang! semoga dapatkan pengalaman, kawan yagn banyak, dan ilmu ya sayang...
semangat!!!!!!!!!