Saturday, November 20, 2010

Rihlah Penuh Hikmah

Pagi yang malas. Saya bolak balik tubuh penat ini di tempat tidur. Saya mendengar dering telepon tapi lemas rasanya badan ini sampai tak kuat untuk berdiri. Ahh, lemas apa malas? Maaf ya Bu... :-) setengah jam kemudian, masih tak sanggup saya tinggalkan kasur yang nyaman. Apalagi si ayah bercerita ini itu, mengganggu Zaki dan Thariq, membuat kami tergelak bersama. Suasana yang sangat jarang terjadi beberapa bulan ini setelah beliau sibuk menulis thesisnya. Sayang kan kalau dilewatkan?
Akhirnya, sampai satu jam masih juga di tempat tidur. Tiba-tiba saya teringat kalau hari ini ada rihlah kelompok mengaji kami di tepian tasik. Walahhhh, kok bisa lupa? Padahal berencana untuk membuat bolu gulung. Duuuuhhhh, Aryyyyy...

Bergegas saya lari ke dapur. Rencana membuat dua gulung bolu harus dilaksanakan! Cepat saya memanaskan 130 gram margarine, menuangkannya ke mangkuk keramik biar cepat dingin, lalu menakar 140 gram gula pasir. Menambahkan 2 sendok makan ovalet dan 12 kuning telur ditambah 6 putih telur. Sembari menakar bahan lain, saya meminta Thariq membantu mengocok adonan dengan mixer kecepatan penuh. 100 gram self raising flour dan 2 sdm susu bubuk dah siap, ditambah dengan dua sendok air putih. Aduk-aduk sampai rata, tak lama, adonan pun dah siap di loyang. Menunggu kue matang, saya pun segera mandi. Dan, Alhamdulillah... 20 menit kemudian, kue dah matang. Gulung-gulung... masukkan selai... Taraaa....! Siap deh... Alhamdulillah, Allah berikan kemudahan. Waktu ternyata masih ada. Saya pun menunaikan sedekah untuk tulang di tubuh saya. Dua rakaat Dhuha... dan, kami pun turun ke bawah. Bersama mbak Lina dan Bu Erna, kami berangkat menuju tempat yang telah disepakati.

Di Tasik...
Rihlah diawali dengan pengambilan kertas yang sudah digulung sedemikian rupa, layaknya arisan. Masing-masing orang mendapatkan giliran, untuk hafalan, kultum, nasyid, puisi dan menutup acara dengan doa.

Kejutan-kejutan hadir dari kawan-kawan. Hafalan Bu Erna yang luar biasa... Nasyid bu Tuti yang penuh makna, kultum mbak Yuli yang sangat mengena --tentang ghibah yang seringkali saya anggap biasa, hiks-- dan kalimat penutup dari mbak Lina yang menyadarkan saya. Bahwa doa adalah amalan terbaik yang Allah ajarkan untuk kita... doa adalah harapan yang disampaikan kepada Allah. Semoga Allah mengikat hati kita semua, untuk saling mencintai dan menyayangi karena Allah...

Alhamdulillah... rihlah penuh hikmah, terutama untuk saya pribadi. Saya bersyukur mendapatkan kawan-kawan baik yang begitu mengerti dan memahami kelemahan diri ini.
Yang selalu mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.

Ya Allah...
Jagalah diri dan hati ini, agar senantiasa bisa menjadi orang baik. Yang selalu meniatkan semuanya karenaMu. Hilangkan penyakit di hati hamba. Maafkan salah dan khilaf hamba. Jangan biarkan hamba merasa diri ini yang terbaik, sebaliknya, berikanlah hati yang selalu merasa bahwa hamba tidak punya apa-apa yang bisa dibanggakan. Tutupilah aib kami ya Rabb... dan jadikanlah hamba sahabat yang baik untuk saudara hamba sesama muslim. Ampunkanlah dosa kami ya Rabb...
Aamiiin...

---
Rabb, hamba yakin, Engkau mengetahui setiap kata yang keluar dari bibir hamba... yang diolah oleh lidah hamba. Hamba berlindung kepadaMu dari ghibah, dari mencela orang, dari kemarahan yang bisa dicegah... jadikan hanya kebaikan dan niat baik saja yang menjelma dalam kalimat-kalimat hamba ya Allah... aamiiin.

Untuk kawan-kawan tercinta, maafkan jika ada salah dalam penyampaian cerita ar tadi yaa... Sungguh, semua kebaikan hanya dari Allah dan setiap keburukan dan kejelekan adalah dari saya, manusia yang dhoif...

Maaf lahir bathin...