Saturday, September 20, 2008

Dua Jundi Kami

Tentara kami. Amanah terbesar yang Allah titipkan bagi kami. Kami bersyukur, Allah berikan kemudahan buat mereka tumbuh berkembang dengan sempurna. Semoga Allah senantiasa menjaga fitrah mereka. Dan semoga, kami senantiasa diberikan kekuatan dan ilmu-Nya, untuk memberikan yang terbaik yang kami bisa, yang kami punya, buat mereka.

Ahmad Thariq. Dia adalah anak pertama kami. Lahir tanggal satu, bulan dua, tahun dua ribu dua, jam tiga lewat tiga puluh tiga di rumah sakit Lavalette, Malang. Angka yang menakjubkan telah Allah takdirkan buat dia menapaki hidup barunya setelah 40 minggu berada di rahim mamanya.
Nama itu kami berdua yang pilihkan. Artinya, jalan yang terpuji. Kami berharap, dalam hidupnya... di jaman yang semakin tak menentu ini, ia selalu mendapatkan jalan yang terpuji. Jalan yang dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW, aamiiin.

Zaki Hannan Maulana Karim. Nama yang lebih panjang. Itu adalah nama istimewa yang dipilihkan oleh kakeknya, Mbah Halim. Ayahnya sudah angkat tangan, ngga punya ide. Sedang mamanya, pengen nama anak kedua ada Hannan-nya. Abangnya, pengen nama adiknya ada Zaki-nya. Maka, setelah sholat dhuha, Mbah Halim mengusulkan, agar nama anak kedua kami, Zaki Hannan Maulana Karim. Subhannallah... Semoga, harapan kami semua agar ia menjadi seorang yang bersih, berhati penuh kasih sayang dan mendapatkan kedudukan mulia di sisi Rabbnya dan Makhluk-Nya dapat terwujud, aamiiin...
Zaki lahir tanggal 10 September 2006. Satu hari sebelum ayahnya ulang tahun. Zaki lahir di Rumah Sakit Al Islam, Bandung, jam 10.29.

Alhamdulillah...
Telah Engkau anugerahkan kepada kami anak-anak yang membuat rumah kami menjadi ceria. Jadikanlah mereka anak-anak yang sholeh... yang senantiasa takut kepada-Mu Rabb... aamiiin.

Tentang Nama Kekasihku

Pssttt! Jangan suudzan dulu. Karena ia cuma satu, yang Allah ridhoi. Namanya Satria Mandala. Pertama kali saya mendengar namanya disebut, saya terkikik di hati. Nama yang unik. Kayak nama pesawat (mandala), atau nama museum di Jakarta (ternyata duluan dia lahirnya daripada si musium...), atau apalah. Yang jelas, saya heran, kok namanya aneh.

Mungkin keanehan ini karena saya tidak begitu familiar dengan nama selain nama islami. Bayangkan saja, di keluarga saya, nama saya dan adik-adik semuanya bernafaskan islam. Ary Nur Azizah. Farikhah. Nur Kholis. Jadi, boleh dong saya merasa heran mendengar namanya...

Nama yang membuat saya tertawa itu, ternyata punya banyak kisah. Di Bandung, tempat kami ngontrak, suami saya lebih dikenal dengan nama Pak Eko! Loh kok? Ya, kami sendiri ngga ngerti darimana nama itu muncul. Yang jelas, setiap arisan, saya selalu tercatat sebagai Bu Eko. Berkali nama itu coba saya klarifikasi, tapi hasilnya, tetap saja. Hingga Mbak Ola, Manajer saya waktu itu yang kebetulan se blok dengan saya di perumahan, selalu menggoda saya dengan memanggil: ayo, bu Eko... hehehe...

Dan di sini, di Johor. Tempat saya nebeng hidup bersama suami yang sedang sekolah lagi, ia pun dipanggil dengan sebutan baru. Satrio! Bukan Satria seperti seharusnya. Terus suka saya godain, kalau namanya, Satria jadi Satrio. Maka, Mandala jadi Mendolo? hehehehe....

Ah... apapun nama yang tetangga, rekan, kawan dekat, saudara, atau siapa pun berikan dan sebut untuk suami saya, jujur, kami tidak pernah mempersoalkannya. Jika dengan nama itu semua merasa nyaman memanggilnya, kami tentu merasa lebih nyaman. Maka, di sini pun, saya lebih nyaman dipanggil, Bu Satrio...

Friday, September 19, 2008

Terlambat

Ya... ini judul yang pas. Terlambat itu sudah pasti. Giliran orang sudah rame ngeblog, saya yang sempat ditawarin temen (mbak Olaaaa.... where have you been?) untuk ngeblog sejak tahun 2005-an, malah kesambet penyakit males. Males kenal sama teknologi baru. Males nulis. Males memulai sesuatu yang baru. Males... males... males...! Jadi beginilah!

Saya memulainya hari ini. Setelah hampir 3 tahun berlalu. Setelah semua orang ramai membicarakan asyiknya ngeblog. Dan setelah email seorang saudara di Bandung (Mas Pluk, salam buat Tizzi), yang memasang photo lama saya di blognya.
Akhirnya hati saya tergerak juga, untuk lebih rajin menulis. Mudah-mudahan hati ini selalu berada pada semangat yang sama. Semangat untuk menuangkan cerita, pengalaman, hikmah, atau pun pengetahuan, hingga bisa bermanfaat pada waktunya.

Dan tentang nama anthariksa. Sebenarnya juga tidak berhubungan sama sekali dengan antariksa. Dengan ruang angkasa raya. Tapi nama itu adalah wujud cinta seorang ibu kepada anak-anaknya. Bukti cinta seorang istri kepada suaminya. Karena, seperti kawan saya yang sekarang ada di Papua(Anggra, how are you?) katakan, nama itu adalah isyarat seorang perempuan yang sedang jatuh cinta.
Jatuh cinta kepada keluarga kecilnya. Karena sesungguhnya, anthariksa adalah kepanjangan dari Ary Nur, THAriq, KaRIm, Kel. SAtria. Hehehe... Narsis ya?

Demikianlah.
Semoga, yang terlambat ini, akan bermakna kemudian.
Dan tidak selamanya menjadi sesuatu yang terlambat... aamiiin.

Salam hangat,
Ary Nur Azizah