Tuesday, May 25, 2010

Suara Merdu Sahabatku

Baca komen di wall kawan, jadi inget. Bahwa selama ini, aku selalu dekat dengan seorang kawan yang bersuara merdu. Dulu, jaman masih kuliah di UM, Almh Yani adalah seseorang yang selalu kutunggu kalau ia menyanyi. Setiap ia naik panggung dan melantunkan sebuah lagu, maka pandanganku tak akan lepas dari dia. Merinding sekaligus bangga punya kawan dengan suara semerdu dia. Lagu Run to You-nya Whitney adalah kesukaanku. Maka, hingga saat ini, aku masih mengingat moment itu.

Nah, pas kerja di Bandung, aku pun punya mbak Ola. Sempat menjadi manajerku di Marketing, I really loooooooooove her voice. Lagu apa pun, jika mbak Ola yang bawain, aku pasti lihat dia terus. Ngga pernah bosen. Samasekali. Sekarang pun, aku masih inget gimana suaranya yang bening itu. Lagi pun dia sukaaaaa banget ngajakin nyanyi. Lagu yang sering dan aku suka ia nyanyikan adalah If.

Sekaraaaaannnngggg, aku tinggal di Johor.
hayoooooooooooooo, siapa kawan berikutnya yang mau aku inget2 suara merdunyaa... Silahkan, silahkan. menyanyi saudaraku. aku akan inget suara merdu anda selamanyaaaa... ^__^

Sunday, May 23, 2010

Panggilan Adik untuk kamiiiii...

Hmmm... adik memang terkenal dengan plesetannya. Dari kecil, hampir semua kata dia plesetkan. Lagu-lagu dia ganti kalimatnya. Nah, yang etrbaru niiiih...
ini dia panggilan adik untuk kami dan dia sendiri:

Mama: Ibu
Ayah: Bapak
Abang: Ama
Adik: Amek???? ha ha ha...

Jadi pengen nyubit deh!

Kiriman Allah untuk Abang

Siang itu, seperti biasa, mama antar adik ke sekolahnya. Abang yang kebetulan libur usai ujian sekolah agama, enggan ikut dan memilih untuk tinggal di rumah seperti hari-hari sebelumnya. Namun karena mama punya sebuah rencana khusus untuk Abang, maka mama pun memaksa Abang untuk ikut dengan alasan nemenin mama.

Berat hati, Abang pun ikut. Setelah adik sampai di sekolah, ama tidak mengambil jalan pulang. Abang pun bertanya, "Mau ke mana, Ma?" Mama bilang mau ke kak Ida untuk memgambil uang kue dan wadah.
Sepanjang jalan, percakapan Abang dan mama biasa saja. Baru setelah uang dan wadah bekas kue diambil dari kak Ida dan mama tak juga mengambil jalan pulang, Abang kembali bertanya.
"Kita mau ke mana, Ma?"
"Hmmm... Mama mau ajak Abang ke seseorang yang bisa memberikan nasehat untuk Abang. Karena, akhir-akhir ini, Abang sering bertingkah yang kurang baik. Nasehat mama untuk belajar diabaikan. Abang sering buat adik sakit dengan cubitan dan perilaku kasar Abang. Mama sedih karena Abang tak lagi mau mendengar nasehat mama, maka, sore ini, mama mau ajak Abang ke seseorang yang bisa menyadarkan Abang supaya menjadi anak manis seperti dulu lagi." mama menjawab panjang lebar.

Tangis Abang pun pecah. Teriak-teriak bahkan mengancam untuk turun dari mobil yang berjalan. Abang bergelagat untuk membuka pintu. Mama pun tak kalah cerdik, membiarkan Abang dengan sikapnya dan mengatakan bahwa itu bukan tindakan yang baik.
Abang tetap duduk di tempat sambil nangis. Mobil melaj ke jusco. Abang sedikit tertawa, mungkin ia berpikir, mama cuma bercanda. Setelah mobil terparkir, mama pun merangkul Abang dan mengajaknya masuk ke arena food court. Hmmm... Abang ternyata diajak makan. Langsung deh ketawa.

Nasi ayam di tangan, Abang mulai makan. Nah, selama makan itulah mama mulai memberikan nasehatnya. Mengajarkan kepada Abang untuk lemah lembut kepada adik, untuk sayang pada adik, untuk belajar rajin-rajin supaya tidak menyesal jika dapat nilai jelek, untuk ebrlaku baik, rajin sholat, mengaji, dsb.
Di tengah-tengah makan itulah datang seroang Mak Cik. Petugas cleaning service di Arena tersebut datang kepada Abang. Lalu, "Abang suka makan ayam ker? Sedap ya? Abang harus ebrlajar rajin-rajin supaya tak amcam Mak Cik angkat-angkat pinggan bekas orang makan, penat, susah. Kalau Abang rajin belajar, Abang boleh jadi orang kaya, naik mobil cantik, duduk di rumah cantik, punya banyak uang. Abang hidupnya senang, tak macam Mak Cik. Tengok, Ibu berikan Abang makan elok-elok... kasih ayam untuk Abang makan, ajak Abang shopping. Jaman Mak Cik kecil dulu mana ada macam begini. Abang harus bersyukur dan belajar rajin-rajin, ok?"

Mama melihat raut muka Abang yagn masih asyik makan ayam bakar madu sembari sebentar-bentar mengamati wajah mak Cik. Mama tersenyum.

***
Dalam perjalanan menuju lantai dua, Abanag bilang, "Maa... Mak Cik tadi ya yang mama maksud mau dipertemukan dengan Iq?"
Ups, baru mama nyadar dengan rencana di awal keberangkatan menuju jusco. dan mama pun mengangguk sambil tersenyum.

Subhannallah, Alhamdulillah... Allah mengirimkan orang yang tepat untuk membantu mama hari ini. Semoga, hari ini akan terus dikenang sepanjang perjalanan hidup sang putra, aamiiin...

To Abang, jadi anak shaleh ya Nak... mama love U much.

Sunday, May 16, 2010

Begitu Cepat Allah Berikan Obat

Alhamdulillah... Tiada Puji Syukur kecuali hanya teruntuk Allah Yang Maha Pemurah. Setelah beberapa hari kepikiran *sebelumnya tidak pernah ada kasus dalam hidupku yang membuatku sampai kepikiran lebih dari satu hari*, akhirnya, semalam, Allah berikan kesembuhan.

Selama ini aku selalu merasa baik-baik saja dengan semua orang yang pernah aku kenal. Bahwa dalam perjalananku aku pernah tidak dsefaham dengan kawan, berselisih bahkan beradu pendapat, tapi semua berakhir baik. Aku yakin, komunikasi yang efektif antara aku dengan mereka adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan semua persoalan.
Maka, aku berniat untuk menyelesaikan urusanku dengan si fulanah yang ada di artikel sebelumnya. Namun sebelumnya, untuk meyakinkan hatiku, aku meminta pendapat seorang sahabat. Dan, apa yang aku dapatkan berbeda dengan rencanaku. Ia tidak menganjurkan aku melakukan tindakan ini. Ia bahkan memintaku bersabar, ikhlas dengan keadaan ini. Dan setelah berbincang panjang lebar, kini kudapat sebuah kesimpulan baru.

Sahabat terbaik senantiasa hadir dalam sedih maupun bahagia. Ia, tidak memprovokasi. Tidak selalu membenarkan tindakan dan sikap kita. Tidak pula selalu memuji. Sahabat terbaik adalah yang bisa mengisi celah kurang kita dengan kelebihannya. Tutur katanya bijak, mempengaruhi pola pikir kita untuk berbuat yang terbaik menurutNya. Ia harus mau mengoreksi tindakan kita jika kita berada di jalur yang salah. Ia pun boleh mengkritik kita.

Semalam, aku mendapatkannya. Satu barisan kalimat yang membuat hatiku tenang.
Bahwa setiap kejadian yang menimpa kita adalah atas kehendakNya. Allah sedang menguji kami untuk dapat melewati masa sulit ini, mengajarkan kami nilai ikhlas yang lebih dari sebelumnya. Allah sedang memberikan pelajaran sabar di tingkat selanjutnya. Jika kami dapat melewatinya dengan baik, insyaAllah, hadiahNya adalah yang terbaik untuk kita.

Sekarang hatiku tenang.
Aku memang tidak boleh dan tidak bisa memaksa orang lain untuk terus menyukaiku. Maka insyaAllah aku ikhlas, jika ada orang yang tidak senang denganku. Bahkan kalau ia marah dan membenciku. Yang penting bagiku, Rabbku menyayangiku dan tidak marah denganku.

Jika pun ada kawan yang merasa ada ganjalan, seperti pada kasusku ini, biarlah itu jadi urusannya, bukan urusanku. Karena sekali lagi, aku tidak bisa berperilaku sebaik yang diinginkan semua orang. Yang penting, aku sudah meminta maaf padanya dan lisannya pun sudah memaafkanku. Ini cukup buatku.

Allahku,
Aku sadar bahwa begitu banyak kesalahan dan kekurangan yang ada padaku. Satu pintaku. Bantulah aku untuk selalu bisa menyadarinya. Bantulah lisan dan hati ini agar ringan beristighfar, memohon ampunanMu. Juga agar mudah mengucap maaf pada kawan yang sudah merasa terdzalimi. Tolonglah hamba agar senantiasa bisa membersihkan hati, dari amarah, dari dengki dan iri hati. Dan jauhkan aku dari dendam. Aku tidak mau, menjadi salah satu jalan syaitan untuk merusak ummat Rabb...
Kabulkan permohonanku, yaa Gusti Allah... aamiiin.

Menghalau Sakit

Siang itu, aku niatkan untuk menyelesaikan baju-baju yang seminggu belum diseterika. Sembari menonton tivi untuk menghilangkan penat, tanganku sibuk menyeterika baju demi baju. Tiba-tiba dering telepon mengagetkanku. Kumatikan seterika dan kuangkat telepon. Suara seorang kawan. Sepertinya beliau sedikit emosi. Hmmm... kucari muara masalah yang diutarakannya. Kucerna dengan baik sebelum akhirnya memastikan asal kabar yang ia terima. Yup! Yakin sudah siapa yang 'memprovokasi' sahabatku. Maka, kuurai akar permasalahan dan Alhamdulillah... meski sempat down karena dituduh melakukan sesuatu yang tidak aku kerjakan hingga akhirnya aku menangis, tapi masalah ini berakhir baik. Semua clear. Dan kami tahu, apa yang salah di balik masalah ini.

Satu pelajaran yang aku petik. Bahwa ilmu memang diperlukan dalam setiap segi kehidupan kita. Ketika kita tidak berilmu, lalu mempengaruhi orang lain yang juga tidak memiliki ilmu yang sama, lantas menuduh orang lain melakukan sesuatu yang kita curigakan... Astaghfirullah, hasilnya adalah fitnah. Dan fitnah kejam itu pula yang sempat mampir dalam episodeku setelah sekian lama hidup tenang tanpa tendensi kepentingan apa pun.

Shock pasti. Karena fitnah itu datang dari orang yang sebelumnya aku kenal baik dan insyaAllah mengenalku dengan baik. Dia menusukku dari belakang. Mempengaruhi sahabat baikku hingga berhasil memprovokasinya. Yang lebih parah, ketika semua sudah clear, sang penebar berita palsu mencoba mengklarifikasi, dengan perkataan berbeda... dengan banyak bumbu, hingga akhirnya, nampak seperti sahabatkulah yang bersalah. Astaghfirullah...
Maka, ketika kami konfrontir, semakin nampak, di mana letak kesalahan dari permasalahan ini. Dan Alhamdulillah, saat itu, kami bertiga merasa semua sudah usai. Masalah sudah beres. Semua saling memaafkan.

Tapi, beberapa hari kemudian, sang pembawa berita kembali mengusik hariku. Merasa disudutkan ketika kami konfrontir dan tidak terima dengan perkataanku, ia mengatakan, hampir-hampir tidak mau melihat wajahku. Saking marahnya ia. Astghfirullah... Lalu, yang kemarin saling memaafkan itu apa ya Bu? Yang merasa masalah sudah selesai siapa ya? Coba deh, dirunut kembali permasalahan ini, siapa coba yang memulai? Siapa yang seharusnya marah? Siapa yang menyulut api dalam masalah ini? Bahkan mempengaruhi orang lain dengan begitu semangatnya? MasyaAllah...

Maka yang terjadi padaku kini, awalnya adalah amarah. Aku marah. Aku bingung. Aku kesal. Dan aku sangat tahu semua rasa ini aku tujukan kepada siapa.

Ketika kuceritakan masalah ini kepada suami, satu nasehatnya, "Sabar Ma. Kan semua sudah tahu kualitasnya seperti apa. Mama tetaplah baik kepada beliau. Jangan pernah putuskan silaturahmi. Doakan orang itu agar cepat sadar dengan kesalahannya."
Saat itu, jawabanku adalah, "Aku bukan orang yang bisa berbasa basi Yah, dan aku tidak bisa mendoakan orang yang sudah mendzalimi aku sedemikian rupa." Suamiku hanya tersenyum.

Tapi sore ini, Rabb...
Aku ingin, semua rasa amarah, kesal, sebel, benciiiiii itu hilang dari hatiku. Bantulah aku menghapusnya Tuhan Yang Maha Suci. Engkau Maha Tahu siapa benar dan siapa salah. Dan aku berharap agar aku tidak mengikuti jejak orang yang sudah mendzalimiku. Bersihkanlah hatiku dari sifat-sifat buruk. Lapangkan jiwaku untuk menerima setiap kesalahan orang dan mudahkan aku untuk memaafkannya. Jadikan jiwaku sebagai jiwa yang ikhlas. Aku bermohon dengan kesungguhan, Ya Allah. Aku tidak mau, hatiku terus menerus tergerus oleh rasa yang dihembuskan syaitan. Jika pun orang itu tidak mau berjumpa denganku, maka, hindarkan aku darinya dan hindarkan ia dariku. Agar tidak semakin bertambah dosanya dan dosaku. Ampunilah aku Gusti Allah... jadikan aku semakin arif setelah menerima episode ini... aamiiin.