Sunday, November 9, 2008

Permata Hatiku

Ia memang berbeda dengan abangnya. Lingkungan yang ia terima saat ia masih kecil, dengan lingkungan tempat abangnya tumbuh juga jelas berbeda. Abangnya besar bersama sang Ibu, pengasunya. Sedangkan, ia, Karim kecilku, tumbuh sepanjang hari bersamaku. Kuurus ia sendiri, kujaga ia... kuajak ia bermain, membantu pekerjaan domestikku. Kuajak ia mengantar jemput abangnya, mulai dari jalan kaki... naik motor, hingga ketika Allah memberi kemurahan rizki pada kami sampai kami mempunyai mobil.

Ia dengan setia mengikuti ke mana aku pergi. Namun rupanya, aku tak bisa memaksimalkan waktu bersamanya. Aku sering kelelahan sehingga seringkali tak bisa memenuhi keinginannya untuk bermain bersama. Menyuapinya saja seringkali kulakukan dengan buru2. Kuajarkan ia untuk mandiri, jauh lebih awal dari yang seharusnya ia lakukan. Belum genap dua tahun usianya, ia sudah bisa meminum sendiri air putih dari gelasnya. Meminum susu dari botolnya sendiri, meletakkannya di meja dan bermain sendiri.

Sampai suatu ketika, aku tersadar. Bahwa ia, permata kecilku, seratus persen bergantung kepadaku. Aku adalah ibunya, tempat ia menyandarkan ingin di hati. Aku harus menjadi lebih sabar menhadapinya. Aku harus mengajarkan banyak hal di masa periode emas tumbuh kembangnya.

Alhamdulillah, kesadaran ini muncul sebelum terlambat. Dan tadi pagi, kumulai lagi pelajaran matematika untuknya. Ia, adalah manusia yang sama istimewanya dengan bayi2 istimewa lainnya. Dan ia menunjukkannya kepadaku tadi pagi. Ia begitu antusias belajar bersamaku.

Maafkan mama sayang...
berdoalah, semoga mama selalu bisa memberikan yang terbaik untukmu...
aamiiin...

No comments: