Tuesday, October 7, 2008

Ambil Baiknya Saja


Ya benar. Karena setiap orang pada dasarnya punya sisi baik. Allah sudah berikan hati nurani dalam diri tiap-tiap manusia. Oleh karenanya, tidak ada orang yang mutlak jahat. Pasti, ada kebaikan yang mereka lakukan.

Saya jadi teringat dengan percakapan bersama seorang sahabat hampir sepuluh tahun berselang. Waktu itu, seminggu sebelum keberangkatan saya menuju tempat hijrah, Bandung! Yup! Kota kembang adalah kota pertama saya ditakdirkan untuk melanglang buana, menjelajah negeri tercinta. Dan saya yang notabene adalah seorang yang samasekali belum pernah pergi jauh, tentu merasa ragu sekaligus exciting dengan pengalaman baru yang akan saya alami. Salah satu yang saya takuti adalah pergaulan baru di dunia kerja. Saya takut tidak bisa membawa diri. Saya khawatir tidak bisa mengikuti persaingan yang akan terjadi nanti. Saya cemas, jika saya akan tersingkir dan kemudian terkucil di dunia baru saya. Maka, selain meminta nasehat kepada Bapak, orang yang sangat saya kagumi, saya juga meminta saran kepada sang sahabat.
Ia saya anggap mempunyai pergaulan yang jauh lebih luas dibanding saya. Pengalaman berorganisasinya tak diragukan lagi. Dan beratus kawannya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara, membuat saya semakin yakin akan kepiawaiannya mengelola hati.

Maka, dengarlah sarannya waktu itu.
"Membawa diri itu, memang gampang-gampang susah. Tak boleh terlalu menonjolkan diri, tapi juga tak baik menarik diri. Jangan selalu ingin menguasai pembicaraan, karena setiap manusia itu, pada dasarnya ingin selalu didengar. Jika bertemu dengan si trouble maker, yang pasti selalu ada dalam sebuah komunitas, jangan pula menjauhinya. Belum tentu ia juga akan membuatmu merugi. Ingatlah. Pada dasarnya, setiap manusia itu punya sisi baik. Seburuk apapun ia, suatu waktu akan ada bisikan baik dari hatinya. Itulah mengapa, bersikap baiklah kepada siapa pun! Meski semua orang dalam komunitas barumu mengatakan ia buruk, jangan serta merta menjauhinya. Bergaulah sewajarnya saja. Jangan terlampau akrab, jangan pula terlalu acuh. Semua yang tidak berlebihan itu akan baik akhirnya."

Benar juga ia bilang. Ketika suatu hari saya dihadapkan pada seorang yang menurut sekeliling teramat acuh, sinis, jutek. Saya belajar untuk terus berbaik sangka. Saya tetap mengajaknya tersenyum meski tak berbalas. Saya terus menyapanya meski kadang ia pura-pura tak mendengar sapa saya. Saya juga terus menanyakan kabarnya, kondisinya, sekedar berbasa-basi, walaupun seringkali pula ia acuh tak acuh pada saya. Hingga akhirnya, entah angin apa yang membuat ia demikian manis kepada saya. Ketika orang-orang tetap diacuhkannya, maka kemudian, sayalah orang yang berhasil menjadi teman dekatnya. Yang selalu diajaknya berbelanja kemudian dan juga sering ditawari makan siangnya. Sampai detik ini pun, ketika saya sudah demikian jauh darinya, ia tetap sering menanyakan kabar saya. Atau kabar anak-anak dan suami saya. Subhannallah...!

Dan kini, semakin saya pahami. Dimanapun saya berada. Saya tetap harus yakin, bahwa, setiap manusia punya sisi baik. Manakala ada sesuatu yang membuat hati kita tak nyaman dengan perlakuan salah satu dari mereka, berhusnudzan adalah yang terbaik. Dan mengambil baiknya saja, adalah kunci untuk tetap bisa menjalin silaturahmi. Agar tak ada lagi silaturahmi yang terputus. Sulit memang. Tapi inilah hidup! Saya harus berjuang untuk terus melakukannya...

No comments: