Saturday, October 4, 2008

Iq Jadi Matre...?

Geli campur sedih... (gimana ya rasanya?), liat Iq dapet uang raya. Habis, anak yang dulunya ga kenal uang, kok malah jadi ngitung uang tiap hari. (Btw, klop banget ya pelajaran Cik Gu Siti tentang uang beberapa minggu sebelum libur raya...).

Maka begitulah, setiap hari... Iq ngitung uang di dompet tweety-nya. Meski cuma nambah empat ringgit, ia tetap menghitungnya dari pertama. Dan sebelum tidur, ia selalu mengingat berapa total uangnya hari itu. Tak lupa ia mengingatnya, sehingga setiap kami bertanya berapa jumlah uang raya-nya, ia pasti akan menjawab dengan cepat.

Yang membuat kami sedih, Iq 'merayu'adiknya untuk memberikan uangnya kepadanya. Katanya sih, 'adik belum tahu uang, jadi ngga berguna ia pegang uang. Nanti malah dibuang, Ma..." Hehehe...
Belum lagi jika ia membandingkan hasilnya dengan uang raya Mas Faris, anaknya Bu Niam. Wah.. kami cuma bisa geleng-geleng kepala aja.

Sampai malam kemarin, saya panggil ia dan saya berikan pengertian tentang uang. Tentunya dengan bahasa sederhana.

"Iq. Uang itu, salah satu kekayaan manusia. Dan memang, Allah sudah berfirman di Al Qur'an, bahwa manusia di dunia memang mencintai kekayaannya. Tapi, Nak. Jangan sampai kita diatur oleh uang. Kita yang harus mengatur uang. Jangan sampai waktu Iq habis buat ngitung uang, sampai Iq pun lupa gosok gigi sebelum tidur. Sampai Iq harus mengingat2 terus jumlah uang Iq berapa. Dan satu lagi, uang Iq itu bukan sepenuhnya uang Iq. Ada uang adik juga kan? Jadi, Iq tetap harus membaginya jika Iq nanti belanjakan uang itu. Ya?"

Ia pun mengangguk. Meski mungkin sebagian kalimat saya masih belum bisa dicernanya, minimal, ia mengetahui bahwa uang tak boleh lagi mengatur hidupnya. Dan ia, tetap harus membaginya bersama saudaranya.

Iq tersenyum. Dan pelukan hangat pun ia hadiahkan buat saya.

No comments: